Maret 20, 2009

Complicated


Kamis, 19 Maret 2009

Hari ini aku menyadari sesuatu. Sebuah perasaan tak bernama dan tak kuhirau belakangan mencuat begitu kuat mengisi hari-hariku. Aku tak akan berani dan mau menamai perasaan tersebut sebagaimana perasaan tersebut tak mau permisi hadir dalam hidupku. Lagipula, tak ada nama untuknya. Kali ini, biarlah aku sepandangan dengan Ayu Utami "bahwa keindahan tak membutuhkan nama, hanya perlu dirasakan".

-------

Kepada M,
Aku tak tahu lagi harus berkata apa, atau mungkin memang ini tak perlu dikatakan. Aku cukup bahagia merasakannya. Kau muncul lagi mengisi hari-hari 'kosong'ku. Kau hadir di tengah dahagaku akan perasaan nyaman dan tentram. Kau tak pernah berubah. Kau sangat memahamiku.

Jujur saja, aku ingin sekali menghapus sebagian masa lalu kita. Bukan seluruhnya, hanya sebagian saja. Sebagian yang berhasil menyakitimu begitu dalam. Sebagian yang meninggalkan luka di hatimu. Sisanya, biarlah menjadi kenangan indah masa remaja kita.

Kau mungkin bingung, kau pasti bingung, apa maksudku menyampaikan kalimat-kalimat di atas. Begitu pun aku. Tak bisa kupahami jalan pikiranku, sehingga dengan mudahnya kuminta kau mendengar ceritaku beberapa malam belakangan. Kau masih seperti dulu, yang dengan sangat baik menjadi pendengar atas setiap kisah maupun keluh kesahku. Aku, dengan keadaanku yang sekarang, dan masa laluku yang seperti itu, seolah tak pernah menjadi alasan untuk membuatmu berubah. Aku, yang pernah menyakitimu begitu dalam, dan kini hadir menjadi pengganggu hari-hari penatmu, tak menyurutkan semangat seorang M yang selalu nampak ceria dan setia pada tawa kerasmu.

Bahkan untuk hal-hal yang mungkin menyakitimu, aku begitu terbuka, terlalu terbuka malah. Entah kenapa, aku masih merasakan nada getir dalam tawa dan kalimatmu tiap kali perbincangan kita sampai pada 'dia nun jauh di puncak gunung'. Lancang sekali aku berpikir jauh tentang hal ini, sungguh tak pantas sebenarnya aku mengatakan hal ini padamu. Untuk itu, maafkan aku...

Dari semua yang kutulis di atas, aku hanya ingin berterima kasih padamu. Jangan ge er. Aku hanya sudah lama ingin menyampaikan hal ini, tapi terhalang ego. Kuharap kau menanggapi positif tulisanku kali ini. Semoga ini tak merubah apapun yang ada di antara kita. Biarlah yang sekarang mengalir apa adanya. Keindahan yang hadir secara alami jauh lebih membahagiakan daripada keindahan yang direncanakan.

-------

Allah, Maha Penyayang lagi Maha Adil. Seburuk apapun kehidupanku sebelum hari ini, telah rapi tersedia kejutan-kejutan penawar itu semua di hari ini, esok, dan seterusnya.

-------

Kepada A,
Tak disangka pertemuan kita yang diwarnai tanggapan negatif dan kekurangpuasan, justru mengantarkan kita pada titik ini. Tak bisa kumengerti alasanmu membawaku berada lebih (terlalu) dekat pada kondisimu. Apapun alasanmu, aku hanya bisa berharap, kau tak terbawa emosi untuk mencurahkan semua isi hatimu pada begitu banyak orang.

Saat ceritamu mengalir di telingaku, aku hanya terdiam. Aku sungguh tak siap untuk mendengarkan sebanyak itu, sedalam itu, sedetail itu. Ada keinginan menghentikanmu, tapi lebih besar lagi keinginan mendengarkanmu. Dua jam lebih kau tumpahkan begitu banyak rasa, selama itulah aku mendapat pelajaran berharga dalam hidup. Secara tidak langsung, obrolan kita kamis malam itu adalah wejangan tak ternilai harganya bagiku. Tentang kehidupan, tentang hidupku, melalui refleksi hidupmu.

Dulu, begitu sering ku mengeluh akan apa yang kumiliki dan kualami dalam hidup. Dulu, sepertinya apa yang kumiliki dan kualami adalah yang terburuk dari yang paling buruk yang ada di dunia. Saat itu, kamis malam itu, martil baja menghantam kesadaranku, akan sebuah fakta kehidupan. Saat itu juga, kau telah mengubahku dari seorang yang cenderung skeptis menjadi lebih mudah menghargai.

Kau, di usiamu yang tertinggal dua nominal dengan usiaku, memiliki sebuah kehidupan yang selama ini hanya kutonton di televisi. Kehidupan yang sangat sulit bagiku. Yang tentunya tak pernah menjadi bagian dari hidupku. Kau, dengan wajah bayimu itu, telah mengalami suatu kondisi yang hanya bisa kubayangkan tanpa benar-benar bisa kurasakan. Pasti sangat menyakitkan jika ku bisa merasakannya.
Kau, dengan segala kesulitan dan rintangan yang menghadang, membuktikan kelebihan yang tak pernah benar-benar kumiliki.

Untuk itu semua, aku salut padamu, sekaligus sangat berterima kasih. Aku bersyukur pada-Nya telah mempertemukanku denganmu sebagai jawaban atas keluh kesah dan sikap kurang bersyukur yang menghiasi hari-hariku selama ini.

Hari ini, perasaanku sangat tidak enak. Walau terkesan berlebih, tapi aku tak bisa memejamkan mataku semalam. Dan sejak subuh tadi, dadaku sesak. Perasaan tidak enak seperti ini jarang sekali terjadi padaku, apalagi tersebab oleh orang lain. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku hanya bisa berdo'a, mendo'akan semua ini segera berlalu bagimu, memohon agar Dia tak meninggalkanmu barang sedetik. Hingga aku mengetik tulisan ini, perasaanku masih tak keruan. Bukan apa-apa. Aku hanya tak rela kau kalah sebelum bertindak. Kumohon, lakukan sesuatu. Setidaknya, jangan pernah berani lari sebelum kau berusaha menjalankan peranmu. Walau sulit sekali bagimu, dan mudah bagiku untuk bicara. Walau aku pernah bilang, mungkin tak akan bisa sanggup menghadapi situasi seperti yang kau alami. Aku tak akan sudi berdiam diri atau malah lari tanpa melakukan apapun sebelumnya. They really love you, just trust it, or prove it.

-------

Kepada M & A,
Entah kenapa aku berani menulis ini semua. Yang kutahu, 'complicated' sangat sesuai menggambarkan posisiku. M yang pernah begitu dekat denganku dan hampir tak pernah menyakitiku, A yang hadir menyuguhkan siraman nasihat kehidupan untukku sekaligus menjadi sosok adik yang tak pernah kumiliki, aku berada di antaranya, di antara lika liku kehidupan pribadi kalian.

Aku tak pernah ingin berada di posisi ini, sungguh. Tapi aku telah berada di sana. Tak ada yang bisa kuperbuat memang, tapi tak mungkin rasanya ku berdiam diri sepenuhnya. Satu hal yang perlu kalian mengerti dan yakini, aku sangat bahagia mengenal kalian, menjadi bagian dari hidup kalian. Aku sangat mengagumi kalian dengan segala apa yang kalian hadapi dan miliki. Aku yakin, Allah pun menyiapkan hal luar biasa untuk kalian di depan sana. Tinggal bagaimana kita tidak mengambil langkah yang memperpanjang jarak kita kepada hal luar biasa di depan sana. Percayalah...




Sumber gambar:
http://urban-khaos.deviantart.com/art/complicated-13819573