April 24, 2015

Catatan Pembuka



"I'm afraid, if I don't choose a path soon, life will choose one for me."
― Human of New York (Facebook Page)

Kalimat tersebut meninggalkan kesan istimewa saat kali pertama aku membacanya. Tidak hanya membuatku mempertanyakan jalan hidup yang telah dan sedang kulalui, angan dan mimpi yang seakan menua, muncul kembali. Hebatnya arus kebutuhan yang telah menggilas sadis bumbu-bumbu kehidupan, menyisakan hanya lajur demi lajur rutinitas yang diam-diam justru mematikan.

Aku menyusuri waktu, kembali ke masa enam tahun lalu, saat awal kedatanganku di kota rantau yang jauh dari ayah ibu. Aku datang dengan bekal mimpi, cita-cita, angan, khayalan tingkat tinggi, dan tak sedikit fantasi. Tak peduli setinggi apa mereka semua, kutuliskan satu demi satu pada selembar kertas baru. Dan rasanya, belum satupun mewujud sesuai bayanganku dulu.

Hidup memang penuh kejutan dan ketidakpastian. Sedemikian rapi dan rinci alur yang kubuat untuk ceritaku, hidup selalu punya cara untuk membelokkannya, menukiktajamkannya, bahkan meremukkannya berkeping-keping. Tugas manusialah untuk memaknai tiap kejadian, untuk lalu berreaksi, bukan sekedar merutuk dan meratapi. Sayangnya, tingkat kesadaran ini lebih sering mati suri, mungkin juga akibat rutinitas sehari-hari.

Aku, di penghujung usia 24 tahun, jelang seperempat abad kehidupanku, memutuskan untuk berreaksi pada gejala demi gejala aksi yang hidup berikan padaku. Aku, calon sarjana manajemen dengan masa studi lebih lama dari semestinya, yang lebih tertarik mendalami dunia kepenulisan dan seni lukis, memutuskan untuk berhenti diperdaya hidup, dan menentukan sendiri nasib demi nasib yang tak pernah menentu. Lebih pastinya apa itu, nanti kalian akan tahu.

Untuk segala risiko dan tantangan yang menanti di depan, aku nyatakan kesiapan, meski dengan sedikit ketakutan. Semoga kesiapanku dapat menjadi obor semangat saat menghadapi masa-masa sulit dan rasa takutku bisa menjadi pengingat di saat keadaan di atas awan, bahwa ketidakpastian itu abadi, maka tak sepantasnya kita congkak dan arogan.

Maka izinkan kututup catatan pembuka ini dengan satu kutipan favoritku, dari seorang penulis hebat yang sudah jauh lebih dulu memahami potensi keindahan sekaligus akal busuk kehidupan, maka dengan penuh kesadaran ia turut berperan aktif dalam memegang kendali hidupnya, sekecil apapun itu.

“There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure.”
― Paulo Coelho, The Alchemist

Tidak ada komentar: