Aku pernah menulis tentang dua serigala yang hidup di dalam diriku. Yang satu serigala putih lembut yang setia, yang satu serigala hitam perkasa yang senantiasa mengusik si Putih. Sebenarnya itu adalah perumpamaan yang kugunakan untuk menggambarkan seorang manusia. Makhluk paling sempurna yang diberi keistimewaan berupa sifat baik yang melebihi kebaikan malaikat sekaligus sifat buruk melebihi keburukan setan (Fahd Djibran, Yang Galau Yang Meracau). Sejak kecil istilah "makhluk paling sempurna" sudah kukenal tanpa kutahu pasti apa maksudnya. Beberapa temanku seringkali menggodaku tentang perkara umur karena aku terbilang lebih tua satu tahun di antara teman-teman angkatanku di kampus. Mereka rajin sekali mengingatkan betapa aku yang lebih tua satu tahun dari mereka masih seringkali bertingkah kekanakan bahkan kurang masuk akal atau kurang wajar. Tunggu dulu, apa hubungan dua serigala, makhluk paling sempurna, dan tua? Paragraf pembukaku kali ini memang terkesan random. Tapi percayalah, mungkin ini efek buruk hasil si Hitam yang belakangan telah menjadi begitu gagah dan perkasa.
Pertama, tentang tulisan terdahuluku berjudul "Untitled" yang kutulis pada 9 Oktober 2009. Ketika menulisnya, aku berada pada tempat yang gelap, bukan gelap secara harfiah, namun gelap karena keadaan batinku. Aku yakin setiap orang pernah, apalagi yang telah 'berkepala dua', merasakan suatu kondisi putih dan hitam dalam kehidupannya. Begitupun diriku. Aku pernah menjadi seseorang yang berorientasi pada hal-hal baik dan seolah fokus mengejar hal-hal baik untuk kukerjakan, kuamalkan, kuperbuat bahkan aku pernah mempunyai keinginan untuk menempuh hidup seperti orang suci. Aku pun pernah mengenal satu dosa, yang kemudian tergoda mencoba dosa lain, hingga akhirnya ketagihan dan menjadikan hal dosa tersebut aktivitas rutin yang kulakukan di saat-saat hal baik absen dalam hidupku. Aku pernah sangat bersemangat mengejar peningkatan perbaikan diri dengan mengamalkan ibadah ini dan itu. Aku pun pernah menjadi budak dosa yang seolah tak bisa lari kecuali ada yang membebaskanku atau membeliku menjadi manusia bebas. Oke, mungkin tidak semua orang berkepala dua pernah mengalaminya. Mungkin jauh dalam lubuk hatiku, aku berharap tidak sendiri dalam hal ini. Tapi sekali lagi, ini berkaitan dengan dua serigala yang baik secara sadar atau tidak sadar kupelihara dalam diriku.
Saat tulisan itu kupublish dan mulai dibaca oleh teman-temanku, hanya ada satu komentar yang dari komentarnya kusimpulkan tidak begitu paham dengan maksud tulisanku. Memang, aku menulisnya dengan gaya 'sastra'ku yang tidak bisa dibilang lugas namun tidak pula sastrawi. Yang aku ingat, saat itu, dosa seolah menjadi teman baikku meski ada penolakan dalam diriku. Satu kebiasaan yang tidak bisa dibilang baik (meski bukan pula tindak kriminal) secara rutin kulakukan. Seperti halnya sifat dosa-dosa yang lain, sesal selalu menjadi rasa yang tertinggal lama setelah kepuasan yang hanya sesaat. Namun sama halnya dengan dosa-dosa lain, yang senantiasa mengundang rasa ingin tahu, dan perasaan untuk ingin diulang setelah sekali melakukan. Hanya akal pikiran sehat yang diiringi kebeningan hati yang bisa mencegah manusia melakukan [mengulang] dosa, terlebih dosa yang pernah dilakukan dan memiliki efek kepuasan sesaat. Akhirnya aku sampai pada kesimpulan tersebut hingga berujung pada tulisanku hampir dua tahun yang lalu.
Ya, pada saat itu serigala hitam telah menjadi begitu perkasa setelah berhasil membantai serigala putih hingga terpojok tak berdaya. Namun separah apapun kondisinya, serigala putih (maupun hitam) tak bisa mati dalam diri manusia. Itulah kenapa manusia menjadi makhluk paling sempurna karena diberikan keduanya yang kekal sejak lahir hingga mati. Inilah kepercayaanku hingga saat ini. Seperti apa rupa manusia itu saat menghadap sang Khalik ditentukan dengan bagaimana rupa serigala yang bisa lebih bertahan kuat dan mendominasi dalam dirinya selama hidup. Ketika aku menulis, ada keinginan secara sadar untuk memberikan dukungan penuh pada serigala putih untuk bangkit, untuk mulai melawan dan mendominasi kehidupan di masa mendatang. Dengan penuh kesadaran aku merasa telah menjadi teman baik setan bahkan dengan tanpa keinginanku sepenuhnya. Maka aku mengumpulkan segenap keberanianku untuk menulis, di belakang punggung serigala hitam, mengutuki keberadaannya dan berniat menghancurkannya berkeping-keping. Dengan harapan aku dapat menjalani kehidupan baik bersama serigala putih setelah membuat si Hitam bertekuk lutut.
Namun aku terlalu meremehkan kekuatan si Hitam yang ternyata tak hanya perkasa, tapi juga licik dan cerdas. Satu lagi pelajaran yang bisa kubagikan, saat kau dengan sengaja atau tidak sengaja membiarkan lawanmu tumbuh kuat, jangan pernah berharap dia akan berdiam diri dan tidak menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Begitulah yang terjadi. Secara sadar aku menginginkan pulihnya si Putih agar mampu melawan si Hitam dan kembali mendominasiku. Namun sebelum hal itu bisa terjadi, si Hitam telah begitu mendominasi dan bahkan mampu menyuruhku melakukan ini dan itu, membuatku melawan akal sehatku. Pada titik ini, aku sadar bahwa aku telah menjadi budak dan tawanan si Hitam. Percayalah, keadaannya tidak sesederhana yang bisa dituliskan dengan kata-kata. Kau akan senantiasa berdiri pada ambang kebimbangan dengan akal sehat yang masih hidup dan bekerja namun terkekang penjara membiarkan fisikmu melakukan hal-hal yang jelas-jelas ditolaknya. Pikiranmu senantiasa menginginkan perbaikan dan perubahan untuk dirimu, namun lagi dan lagi kau mengulangi hal yang kau sendiri tahu salah dan tak semestinya kau lakukan. Bahkan pada kondisi terparah, akal sehatmu mulai goyah dan kau pikiran-pikiran si Hitam mulai masuk menginterupsi, menanamkan hal-hal yang bertentangan dengan mulai mempertanyakan hal-hal esensial, bahkan mempertanyakan kebaikan. Percaya atau tidak, aku pernah berada di sana.
Kemudian aku teringat tulisan Fahd Djibran tentang manusia sebagai makhluk paling sempurna. Menurutnya, seseorang bisa menjadi jauh lebih baik dari sifat-sifat baik yang ada atau justru jauh lebih jahat dan buruk dari sifat-sifat buruk yang ada. Aku tidak akan bilang aku telah melampaui keduanya, karena nyatanya aku masih menjadi seorang pemuda biasa saja yang mungkin tidak begitu spesial bagi orang-orang di sekitarku, tidak spesial karena kebaikanku, tidak pula spesial karena keburukanku. Sejujurnya, aku tak berhasrat menjadi salah satunya, meski aku diajarkan untuk menjadi orang baik dan meniru nabi-nabi. Setelah apa yang kualami dan kuperbuat dalam kehidupanku, aku tahu ada kemungkinan untuk menjadi orang yang super baik dan bersih, atau kesempatan menjadi orang yang super jahat dan kotor. Dan nampaknya, mudah saja untuk memilih. Kenyataannya, aku tahu betul bahwa tak satupun dari kedua serigala itu bisa kubunuh atau kutekan hingga benar-benar tak berdaya. Saat ini, si Hitam sungguh berjaya setelah tak hanya membantai, namun mencabik, mendera, meluluhlantakkan si Putih. Tapi jauh dalam hatiku, aku masih merasakan hembusan nafas si Putih meski lemah dan tak beraturan.
Terakhir, tentang umurku. Bukan kebetulan, meski bukan keinginanku pula untuk menjadi orang yang satu tahun lebih tua dalam komunitas pendidikan formalku. Nyatanya, aku terlambat satu tahun untuk masuk dalam lingkunganku sekarang, pun karena pengalaman hidup yang telah kutuliskan sebelumnya di blog ini ("Confession" - Februari 2009). Jika menilik kembali apa yang telah kulalui beberapa tahun ke belakang, semestinya memang aku unggul dalam hal pengalaman dibanding teman-teman sepermainanku. Dan seperti yang selalu aku pelajari dalam hidup, pendewasaan bukanlah soal nominal usia, namun sejauh mana pengalaman demi pengalaman dalam hidup mengembangkan karakter dan pemahaman serta penerimaan seseorang tentang kehidupan. Aku tidak sedang bilang aku telah menjadi orang dewasa karena telah mengalami cukup banyak pengalaman jungkir balik dalam hidup, karena toh seperti yang kubilang di paragraf awal, teman-temanku seringkali mempertanyakan kedewasaanku karena sikapku yang seringkali kekanakan dan kurang masuk akal. Aku tidak menyangkalnya justru aku sedikit bangga karenanya. Setidaknya aku memainkan peranku sebagai orang biasa dengan cukup baik dan tidak membiarkan si Hitam muncul telanjang di hadapan orang-orang di sekitarku. Aku tahu, jika terus kubiarkan dominasinya akan diriku, cepat atau lambat orang-orang akan mengendus betapa hebatnya si Hitam tumbuh kembang dalam diriku, dan tidak mengherankan jika kelak aku dicap 'hitam' oleh orang lain. Jelas aku tidak mengharapkannya.
Biarlah pengalaman hidupku menjadi guru kehidupanku tanpa harus menjadikanku orang yang mencolok karena pengalaman hidup. Biarlah aku menjadi diriku yang sangat biasa dan tidak menonjol seperti sekarang. Biarlah orang-orang menganggapku tak tahu umur atau menganggap remeh karena itu jauh lebih baik ketimbang mereka melihat sisi lain diriku yang aku yakin tak ada yang mau melihat atau sekedar mengetahuinya. Semua orang punya rahasia dalam kehidupannya, dan inilah rahasiaku. Lucu memang mengumbar rahasia gelap dalam blog terbuka yang bisa diakses semua orang. Tapi aku lega setidaknya aku bisa mengungkapkan sisi gelapku sedikit tanpa harus menjadi sosok gelap secara harfiah.
Maka, biarlah aku berperang dengan apa yang telah mendominasi diriku agar kelak aku bisa menguasai kembali diriku sepenuhnya. Tidak akan mudah, dan tidak akan cepat memang. Setidaknya, aku telah menulisnya, dan menulis adalah bentuk lain berikrar, berjanji, meniatkan sekaligus mendeklarasikan keinginan hatiku yang sesungguhnya. Kuharap, dua atau lima tahun kelak, apapun yang terjadi pada diriku, entah telah menjadi hitam luar dalam, tetap pada kondisi berkecamuk abu-abu, atau telah menjadi putih yang menyilaukan, saat kembali kukunjungi tulisan ini, aku ingat pernah menjadi diriku yang saat ini. Dan apapun bentukku kelak, semoga pesan si Putih yang secara tersirat kusampaikan dalam tulisan ini bisa tetap kubaca, entah kembali menjadi penyemangat, atau justru menguatkan diriku yang akan datang. Kuharap tulisan ini menjadi sesuatu, baik untukku saat ini, untukmu, terlebih untukku di masa mendatang.
Sumber gambar:
http://fc01.deviantart.net/fs22/f/2007/352/d/c/black__white_by_XxHayleyXx3.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar