September 16, 2008

Belajar dari Alam


Burung-burung serwiti beterbangan di udara bebas. Menanjak, berbelok, cepat, sesekali santai, menukik, naik lagi, melayang-layang... Gerakannya sangat luwes dan bebas. Terbang memang menjadi spesialisasinya sebagai makhluk hidup.

Aku membayangkan saat pertama kali Orville Wright dan Wilbur Wright mencetuskan ide manusia untuk terbang, pasti burunglah inspirasinya. Lalu dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia (akal-red), jadilah pesawat terbang yang dapat membawa manusia terbang mengelilingi bumi.

Saat sedang asyik menikmati pertunjukkan sekumpulan serwiti yang beterbangan di udara, mataku menangkap di kejauhan sosok yang mirip dengan makhluk hidup-makhluk hidup di hadapanku. Sosok itu terbang lurus menuju ke satu arah. Datar, tanpa gaya atau variasi seperti yang sedang diperagakan para penari udara ini. Sosok itu tak lain adalah pesawat. Makhluk tak hidup ciptaan manusia.

Dari gambaran tadi, nyata sekali perbedaan antara makhluk ciptaan-Nya dengan ciptaan manusia. Biarpun manusia memiliki akal pikiran yang sangat potensial untuk mempelajari banyak hal di alam semesta, dan dengannnya dapat menggagas ide-ide cemerlang nan agung sekalipun, di atas itu semua, ada Dia yang Maha Pandai, Maha Agung. Dialah pencipta burung. Dia pulalah pencipta manusia beserta akal pikirannya.

Tidak ada yang salah dengan penciptaan pesawat terbang yang terinspirasi (baca:meniru) cara kerja burung. Karena memang akal diberikan kepada untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan untuk mempermudah urusan dunia. Pesawat terbang memperpendek jarak antar kota, antar wilayah, antar negara, antar pulau, bahkan antar benua.

Alam semesta memang maha guru kehidupan manusia. Maka tidak berlebihan jika penulis katakan manusia harus belajar dari alam.

Bukankah kembaran Wright belajar dari burung untuk bisa menerbangkan pesawat rancangan mereka sendiri Flyer pada tahun 1903 di Amerika Serikat? Bukankah Isaac Newton belajar dari buah apel yang jatuh untuk merumuskan tentang gravitasi?

Maka tak ada lagi tempat bagi manusia-manusia sombong yang merasa cukup bahkan berlebih dengan ilmu yang didapatkannya semasa di bangku sekolah atau perguruan tertinggi sekalipun. Sementara untuk menyadari hal-hal kecil yang terjadi di sekitarnya, bukan menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka. Padahal manusia terbentuk dari senyawa mikroskopik.
Belajarlah dari alam...

1 komentar:

Nabio mengatakan...

cool picture, birds and plane flying together, what a fake digital image, but cool...