Juli 08, 2011

Intermezzo


Semester empat sejauh ini menjadi semester terpadat baik secara mata kuliah, jadwal kerja, organisasi, dan kegalauan-kegalauan lain yang memadati waktu-waktu longgar yang tak seberapa. Diawali dengan persiapan event akbar Himpunan yang sudah dimulai di awal semester meski acaranya sendiri diadakan di akhir semester (MagStorm-red); susun-tumpuk-ulang laporan pertanggungjawaban tahunan Himpunan yang menguras waktu-pikiran-dan-[bukan]-uang-[pribadi] dan menghamburkan beratus lembar kertas; inisiasi Senat Mahasiswa yang sangat tak diduga, tak direncana, namun cukup memenuhi jadwal satu bulan hingga penutupan di Maleber, Puncak; penyesuaian lingkungan kerja yang tak lagi se-fleksibel dulu dengan hadirnya Store Manager baru yang begitu kaku dan semua-harus-sesuai-standard-freak; jadwal-jadwal rapat baru dengan para senator berkecimpung dalam dunia ormawa kampus; hingga tugas akhir tiap mata kuliah yang meminta persembahan berupa final paper maupun presentasi akhir. Seandainya dosen bahasa Indonesia berkesempatan membaca kalimat barusan, mungkin indeks nilaiku akan didegradasi lagi karena penggunaan kalimat yang terlalu panjang. Ups.

Baiklah, akhirnya tiba pada minggu pertama bulan Juli dimana hampir kesemua aktivitas di atas menemui titik habisnya, kecuali titik yang memang baru diawali. Di tengah padatnya jadwal Senat Mahasiswa khususnya Komisi I berhadapan dengan Proposal Program Kerja berbagai Himpunan dan UKMA, serta di tengah jadwal shift kerja pagi yang sangat mengganggu rutinitas (nasib anak midnight sejak store baru buka Agustus lalu), masih ada penghiburan dengan hadirnya dua eksemplar buku berwarna sampul mirip yang masing-masing bertanda tangan penulisnya langsung. Buku pertama dengan judul berbahasa Spanyol, “Madre”, antologi ketiga Dewi “Dee” Lestari setelah “Filosofi Kopi” dan “Recto Verso”. Buku kedua kudapat langsung saat launching pertama dan bincang-bincang bersama penulis yang sudah cukup lama kukenal (dari karya-karyanya dan beberapa kali forumnya), “Yang Galau Yang Meracau” karya Fahd Djibran. Maka, dua buku tersebut seolah menjadi penghilang dahaga, semprotan penyegar, yang mengaliri keringnya ladang jiwaku, menyegarkan kembali indera ‘perasa’ku.




Sumber gambar:
http://anabelismo.deviantart.com/art/Intermezzo-61414065

Tidak ada komentar: