Oktober 15, 2008

"Hari Cuci Tangan Global" ...???



Saat membaca judul di atas, aku dapat membayangkan ekspresi yang muncul dari kebanyakan orang. Seperti halnya aku saat pertama kali membaca wacana tersebut. Bingung, heran, penasaran, atau mungkin sebagian datar alias acuh. Aku sendiri salah mengartikan istilah "cuci tangan" yang kupikir "cuci tangan" dalam arti "lepas tanggung jawab". Baru setelah kubaca isi artikel berupa opini di harian Kompas yang terbit hari ini, kutahu istilah "cuci tangan" di sini memang mengandung arti sesungguhnya. Secara mudah bisa diartikan membersihkan tangan dengan air.

Hari ini, 15 Oktober 2008 dideklarasikan sebagai "Hari Cuci Tangan Global" atau "Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia" atau nama resminya "Global Handwashing Day".

Menurut wikipedia Indonesia,"Hari Cuci Tangan Pakai Sabun adalah sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia."

Tahun 2008 ditunjuk sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB. Sementara penunjukkan tanggal 15 Oktober 2008 sebagai Global Handwashing Day dilakukan pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week) yang berlangsung pada 17-23 Agustus 2008.

Selanjutnya dalam wikipedia: "Salah satu tujuan dari kampanye ini adalah penurunan angka kematian untuk anak-anak dimana lebih dari 5.000 anak balita penderita diare meninggal setiap harinya diseluruh dunia sebagai akibat dari kurangnya akses pada air bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan. Penderitaan dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena sakit dapat dikurangin dengan melakukan perubahan perilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun, yang menurut penelitian dapat mengurangi angka kematian yang terkait dengan penyakit diare hingga hampir 50 persen. Disamping itu kampanye juga dimaksudkan sebagai upaya peningkatan pembangunan fasilitas sanitasi di sekolah. Menurut Unicef, kurangnya akses untuk air bersih mengakibatkan penurunan tingkat kehadiran anak perempuan di sekolah saat mereka memasuki masa puber, karena tidak adanya fasilitas sanitasi yang memadai. Akses air bersih dan sanitasi ditengarai merupakan dasar penting untuk kehidupan anak-anak di seluruh dunia dilihat dari segi kesehatan, kelangsungan hidup, dan rasa penghargaan terhadap diri mereka. Penyediaan air bersih dan perilaku sanitasi yang baik di sekolah juga menjadi salah satu cara untuk mencapi tujuan milenium (Millenium Development Goals)."

Sejujurnya, aku geli melihat fenomena tersebut. Bukannya menertawakan keputusan petinggi-petinggi di PBB maupun pihak-pihak yang mendukung seperti Bank Dunia (sesuai Program Bank Dunia untuk Water and Sanitation Program), UNICEF, USAID, Procter and Gamble, dan Unilever, aku hanya menyadari sebuah ironi.

Betapa hal kecil dapat berpengaruh besar, berdampak luar biasa, dan mencakup kehidupan umat manusia di seluruh dunia.

Mencuci tangan bisa dibilang aktivitas sederhana yang dianggap remeh temeh bagi kebanyakan orang. Mencuci tangan sebelum makan lebih tepatnya.
Aku jadi teringat pada kisah sederhana dari sebuah buku berjudul "Wisata Cinta". Begini ceritanya:

Seorang guru memberikan tugas pada murid-muridnya untuk memasang sebuah kertas berukuran 1x1 meter yang telah ditempeli selotip di tiap-tiap ujung kertas. Semua murid melaksanakan tugas tersebut dengan mudah.

Hari berikutnya, sang Guru memberi tugas serupa. Tapi kali ini, murid-muridnya diminta memasang kertas berukuran 1x1 sentimeter sebanyak seratus lembar di sebelah kertas yang berukuran 1x1 meter. Para murid sedikit kewalahan. Hingga seseorang
nyeletuk di hari berikutnya. "Untuk apa itu semua ibunda guru?"

Tapi sang Guru malah memberi perintah lain alih-alih menjawab,"Sekarang, lepas semua perekat di tiap ujung kertas yang besar! Selanjutnya, lakukan hal yang sama untuk kertas-kertas kecil!" Para murid kembali dengan tanda tanya besar di atas kepala mereka.

Saat melakukan tugas pertama, mereka bisa dengan mudah melepas empat perekatnya. Namun, saat beralih ke tugas kedua, mereka tertegun dan mengeluh karena harus melepas sebanyak 400 perekat.

Saat kembali ke kelas keesokan harinya, tak ada yang angkat bicara di kalangan murid, mereka takut diberi tugas lain yang lebih berat. Sang Guru yang dapat membaca pikiran murid-muridnya memulai bicara.

"Bagaimana tugas kalian? Sudah kalian lepas semua perekat kertas di tembok kalian?"
Para murid menjawab "sudah" tak bersemangat namun masih belum ada yang bertanya.
"Bagaimana rasanya?" guru itu mencari target, "Kau! Bagaimana rasanya?"
Murid yang cukup kaget itu menjawab datar, "Tak ada masalah untuk kertas pertama, tapi sangat merepotkan untuk kertas-kertas kecil di sebelahnya. Kami hampir putus asa."
Diam beberapa saat...

"Itulah gambaran tentang dosa. Kebanyakan orang hanya mengingat dosa besar mereka dan akan dengan mudah memintakan ampun. Sementara dosa-dosa kecil yang tak terkira jumlahnya, mereka menganggap remeh dan tak memedulikannya. Akhirnya, ketika harus memintakan ampun untuk semua itu, mereka kewalahan mengingat-ingat dosa-dosa kecil mereka.

"Itulah gambaran kehidupan. Kita selalu hirau dengan hal-hal besar dan acuh pada hal-hal kecil. Namun seringkali, justru hal-hal kecil yang bisa membawa kerusakan besar bahkan menghancurkan hidup kita.

"Pernahkah kalian mendengar orang tersandung batu sebesar monyet duduk? Bagaimana dengan orang yang jatuh tersungkur karena tersandung kerikil seukuran kotoran ayam?

"Pernahkan kalian mendengar kasus orang sakit atau meninggal karena digigit gajah? Tapi, berapa banyak orang yang meninggal karena gigitan nyamuk?

"Pernahkah ada orang yang tersedak daging kalkun utuh? Tapi, berapa banyak orang menderita beberapa hari karena ada duri ikan bersarang di kerongkongannya?

Sekarang aku baru tahu dampak terburuk hal-hal kecil yang dilupakan itu. Bayangkan sobat, hanya karena (me)lupa mencuci tangan, dampaknya jauh lebih buruk dari yang pernah kita bayangkan.

Lalu, kita hanya bisa mendukung program tersebut dengan aksi pada diri sendiri. Cucilah tanganmu sebelum makan! Kedengarannya aneh. Manusia memang harus senantiasa belajar dari pengalaman.

Tidak ada komentar: