Oktober 09, 2008

Iklan Telkom tentang Lebaran


Seorang guru mengakhiri pelajaran internet di sebuah Sekolah Dasar (yang nampaknya terletak di desa) sambil membuka sesi pelajaran berikutnya yakni pelajaran seni.

"Silahkan keluarkan tugas menggambar kalian tentang lebaran..." katanya.

Pertama-tama, seorang bocah berbadan seperti "Boboho" dan berpipi gempal seperti bakpao maju ke depan dengan sedikit gugup. Dia membuka gulungan kertas gambarnya yang memperlihatkan gambar ketupat dan opor ayam. Dengan suara serak dia mendeskripsikan karyanya, "Kalau lebaran, emak masak banyak makanan," lalu ceritanya divisualkan dengan gambaran si bocah bakpao yang sedang lompat-lompat berusaha meraih ketupat yang menggantung di langit-langit dapur. Ditutup dengan gambaran dirinya sedang melahap ketupat yang telah disiram opor ayam seraya berkata, "aku seneng deh."

Lalu anak berikutnya adalah seorang gadis kecil yang tak jauh beda ekspresinya dengan anak pertama. Karyanya lebih terlihat seperti gambar sebuah keluarga. Tiap anggota keluarga dilukis berdiri sejajar.

"Waktu lebaran, aku menelpon pamanku," visualisasinya berupa gambaran anak perempuan tadi bersama bapak dan ibunya di sebuah bilik wartel sedang berbicara dengan sanak saudaranya di entah.

Anak ketiga kebalikan anak yang pertama, laki-laki kurus, ceking dan hampir tak berekspresi sambil membuka ceritnya,"Setiap lebaran, kami sekeluarga pergi ke rumah kakek dengan mobil," sesuai gambarnya, mobil pick up yang menampung beberapa orang termasuk si bocah ceking tadi,"di sana, aku diberi uang,"tambahnya.

Anak terakhir paling berbeda dari yang lain. Di saat ketegangan mungkin menyergap bocah pertama sampai ketiga, bocah yang juga berbadan kurus ini justru terlihat mencoba santai meski jelas nampak dibuat-buat. Bahkan meskipun setelah membuka kertas gambarnya yang kosong, dan ibu guru terlihat kecewa, si Bocah malah nyengir. Setelah hening beberapa saat, barulah dia angkat bicara entah untuk menjelaskan apa.

"Kata bapak, lebaran berarti ... kita kembali bersih," lagi-lagi anak tersebut nyengir menggemaskan.

Iklan pun selesai. Entah ada berapa murid di kelas tadi dengan ucapan dan lambang dari TELKOM. Seandainya pun iklan diperpanjang hingga seluruh anak menunjukkan hasil kreasi mereka sembari menjabarkan makna dari karyanya, pastinya akan ada banyak komentar lucu yang keluar dari anak-anak lugu ini.

*******

Ada dua hal yang menarik perhatianku setelah menyaksikan iklan tersebut dan sedikit tertawa karena sunggingan senyum bocah terakhir.

Pertama, tentang arti lebaran, atau bada, atau idul fitri.
Idul Fitri jatuh pada tanggal 1 Syawal. Setelah melalui tiga bulan istimewa, rajab, sya'ban, dan termasuk bulan yang diperuntukkan untuk kaum Muhammad SAW, yang di dalamnya ada perintah berpuasa satu bulan penuh, serta bonus sebuah malam istimewa yang kebaikannya dihargai 1000bulan kebaikan manusia di dunia, romadhon. Setelah berlomba-lomba dalam beribadah:membaca al Qur'an dengan porsi ekstra, sholat malam yang diperpanjang, dan sebagian melakukan i'tikaf di masjid-masjid demi mendulang pahala yang dijanjikan Allah berlipat-lipat juga demi lebih mendekatkan diri pada-Nya. Tidak salah jika Idul Fitri menjadi sangat spesial dan bisa dikatakan puncak keindahan romadhon.

Kaum muslim di Indonesia mengekspresikan hari raya umat Islam ini dengan berbagai tradisi dan aktivitas. Mudik, misalnya sebagai konsekuensi bagi para perantau entah untuk belajar atau untuk bekerja. Pada musim mudik (dan balik tentunya), hampir tak ada alat transportasi umum yang menanggur. Dari pesawat terbang hingga sepeda motor, harus bersiap-siap menampung beban lebih banyak, lebih lama, dan lebih sulit medannya (karena macet mungkin). Banyak pelajar atau pekerja yang merantau ke kota besar kembali ke kota asalnya untuk merayakan hari kemenangan bersama sanak kerabat.

Sungkeman, adalah ritual lain yang seolah menjadi ruh dari idul fitri bersama keluarga. Seorang istri sungkem kepada suaminya sembari sesenggukan meminta maaf atas kesalahan selama ini dan menyatakan penyesalan yang sejadi-jadinya; seorang anak sungkem kepada orang tuanya, yang juga disambut pelukan hangat dari keduanya sambil tak jarang terdengar isakan baik dari si Anak maupun orang tua.

Jabatan tangan sambil mengucapkan kalimat permintaan maaf atau do'a kemenangan hampir menjadi kewajiban di kalangan muslim yang merayakan idul fitri.

Silaturrahmi dan silaturrahim melalui halal bihalal atau mengadakan acara bersama agar dapat bersua dengan sanak kerabat yang telah terpisahkan jarak dan waktu pun menjadi menu wajib idul fitri.

Jaringan selular menjadi teramat sibuk atas aktivitas pemberian ucapan "Selamat Hari Raya" yang makin menjadi entah dengan suara, teks, maupun gambar.

Bahkan hingga makanan, idul fitri bagaikan "Hari Ketupat dan Opor Ayam". Hampir semua rumah baik di desa maupun di kota, akan menghidangkan menu tersebut untuk keluarga ataupun tamu.

Terlepas dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kaum muslim di Indonesia, inti semua itu adalah ekspresi dari nilai-nilai yang terkandung dalam idul fitri pada khususnya, dan ajaran Islam pada umumnya. Pentingnya menyambung silaturrahmi maupun silaturrahim, pentingnya saling memaafkan diantara sesama manusia, dan indahnya kebersamaan dan kemenangan. . .

Sebenarnya yang paling menarik bagiku dari iklan tersebut bukan pesan yang disampaikan secara gamblang tentang makna idul fitri, melainkan ide cerita iklan tersebut.

Pemberian tugas menggambar suatu situasi berdasarkan sebuah fantasi yang bersifat sangat pribadi kepada siswa SD. Jika dipikir lagi, ada berapa banyak guru SD yang pernah menerapkan sistem pemberian tugas seperti itu? Saya sendiri, semasa SD dulu belum pernah mendapat tugas sekompleks itu. Antara memvisualisasikan sebuah gambar di benak berdasarkan emosi dan perasaan ke dalam gambar di atas kertas, lalu menyampaikan apa yang termaktub dalam karya tersebut. Sungguh sebuah tugas yang sangat menarik dan mengasah daya kreativitas siswa. Sayang, yang seperti hampir-hampir 'hanya' ada di iklan. Lebih banyak sistem pembelajaran di sekolah dasar umum yang sangat konvensional dan tidak memberi ruang gerak bagi daya kreativitas dan imajinasi yang sebenarnya sangat baik demi pembentukan karakter siswa tersebut. Mungkin dengan adanya iklan tersebut, para guru SD di Indonesia terinspirasi untuk menciptakan tugas-tugas yang lebih kreatif dan menantang bagi para siswanya sehingga sekolah pun menjadi aktivitas yang menyenangkan.

Paradigma pendidikan kita harus diubah dari sesuatu yang mubah dan menghabiskan tenaga, pikiran, waktu, dan uang, menjadi suatu kebutuhan hakiki manusia. Bagaimana dan siapa yang harus merubahnya?? Jelas menjadi tantangan tersendiri di negara yang sudah tumbuh di tengah sistem pendidikan yang justru menarik paradigma tersebut.

Namun yang paling jelas dan utama, pendidikan kepada siapa pun, bermula dari rumah (keluarga). Jelas, peran orang tualah yang menjadi tokoh sentral perkembangan karakter putra-putrinya menerima pendidikan. Sejak si Anak mampu memahami kata-kata, petunjuk, dan perintah, saat itulah peran orang tua menjadi rangkap sekaligus menjadi guru bagi anak-anak mereka.

Baru setelah itu, pemerintahlah yang bertanggung jawab atas pendidikan putra-putri bangsanya. Bagaimana mungkin diharapkan lahir generasi muda yang diharapkan beserta berbagai keunggulan secara IQ, EQ, dan SQ yang dimiliki sementara sistem pendidikannya sendiri masih ngawur, senantiasa berganti, dan sangat tak mendidik? Mungkin hanya sedikit diantara para penempuh pendidikan yang bisa tumbuh di tengah sistem yang buruk, jika 'bekal' dari rumah bisa membentenginya. Namun selebihnya, akan terbentuk seburuk sistem yang buruk itu.

Yang terakhir barulah para pelaku pendidikan. Dalam hal ini lebih ditekankan kepada mereka yang memiliki sandangan guru alias pendidik. Indonesia membutuhkan pendidik yang sesungguhnya bagi putra-putri bangsanya, bukan pengajar. Betapa kebanyakan guru kita justru menanggalkan kewajibannya untuk urusan yang lain yang tak jarang mengorbankan para siswanya. Namun sekali lagi, jika sistem dari pemerintah jelas dan baik adanya, saya yakin, akan sangat sedikit guru yang seperti saya sebutkan tadi.

Akhirnya, iklan TELKOM tadi sekilas tampak sederhana dan lucu. Tapi bagiku, justru memperingatkan dan menampar alam bawah sadarku akan makna sebuah pendidikan yang baik.

gambar dari http://tempatsampah.blogsome.com/wp-admin/images/banner_lebaran_2.jpg

Tidak ada komentar: